Rabu, 24 Oktober 2012

cara memberants hama



Pemberantasan Hama Secara biologi
Pengendalian Biologis Pengendalian biologis merupakan sebuah bentuk pengendalian populasi hama menggunakan organisme untuk mengurangi populasi tumbuhan atau hewan yang merugikan secara ekonomis. Pengendalian biologis merupakan salah satu aspek dari mekanisme pengendalian hama terpadu.
Pengendalian secara biologis sesungguhnya sudah terjadi secara alami yang melibatkan adanya mekanisme alam, sehingga dapat berfungsi mengembalikan keseimbangan ekosistem. Di samping aspek keseimbangan ekosistem, penerapan sistem pengendalian biologis dipandang perlu, karena apabila dibandingkan dengan pengendalian secara kimiawi mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya; biaya pemakaian relatif lebih murah, lebih spesifik, sarana pengendalian dapat dikembangkan di lapangan oleh petani dan dapat bersifat permanen.
Pengendalian secara biologis dapat menggunakan berbagai organisme, misalnya parasitoid, predator maupun mikroorganisme patogen seperti jamur, bakteri bahkan virus. Banyak mikroorganisme yang telah diisolasi dari serangga hama, tapi hanya beberapa jenis yang terbukti berpotensi dapat dikembangkan sebagai insektisida potensial. Hal ini karena pertimbangan keamanan dan efektivitas dalam mengatasi serangga hama.
Pemberantasan hama secara biologi adalah suatu upaya pengendalian hama tanaman dengan menggunakan agen pemangsa alami (predator). Contoh berbagai hewan pemangsa hama tanaman antara lain lebah penyengat, semut rangrang, dan burung hantu.
a. Ulat kupu artona diberantas dengan hewan semacam lebah penyengat.
b. Kutu loncat diberantas dengan semut rangrang.
c. Tikus diberantas dengan burung hantu.
Dalam membatasi pemakaian pestisida, dilakukan upaya pemberantasan hama secara biologi antara lain penggunaan musuh alami dan menciptakan tanaman resisten hama.

1. Bacillus thuringiensis  menghasilkan bioinsektisida yang toksin terhadap larva serangga.
-Transplantasi gen penghasil toksin pada tanaman menghasilkan ..tanaman yang bersifat resisten hama serangga.
- Kristal (racun Bt) diolah menjadi bentuk yang dapat disemprotkan ..ke tanaman. Racun akan merusak saluran pencernaan serangga.

2. Baculovirus sp.
Virus disemprotkan ke tanaman. Bila termakan, serangga akan mati dengan sebelumnya, menyebarkan virus melalui perkawinan.
Pemberantasan Hama Secara Mekanik
Metode pengendalian hama serangga yang akan dijelaskan adalah dengan cara mekanik/fisik yang dapat dikembangkan sebagai pengaruh insektisida. Metode ini akan memanfaatkan sifat-sifat serangga yang tertarik pada cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu. Caranya adalah dengan merangsang serangga untuk berkumpul dan hinggap pada perekat. Pada akhirnya serangga yang terperangkap tidak dapat terbang dan akan mati. Pengendalian hama dengan metode ini cukup efektif bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama.
Alat atau bahan yang digunakan untuk perangkap dapat berupa lem buatan atau getah yang lengket (misalnya getah nangka), air, minyak aspal atau alat perangkap khusus.
Berikut ini beberapa jenis perangkap serangga yang dapat dibuat.
  1. Perangkap cahaya
Mengingat serangga tertarik dengan cahaya, khususnya cahaya kuning, maka dengan menjeratnya dapat menggunakan perangkap lampu minyak tanah (lampu templek/lentera) yang diletakkan pada papan yang telah diolesi dengan perekat kemudia dipasang pada lahan-lahan pertanian.
Perangkap cahaya dapat menggunakan cahaya lampu minyak tanah atau lampu  listrik dari aki, solar sel, dinamo kincir angin, air atau disel. Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang aktif pada malam hari, seperti penggerek batang, ganjur dan walang sangit.
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
  • Papan persegi dibuat dengan ukuran 30cm x 30cm beserta tiang penancapnya.
  • Setelah papan diberi bahan perekat, lampu lentera diletakkan diatasnya. Agar tidak mudah tumpah, lampu lentera diletakkan diatas papan dengan cara diikat.
  • Pada musim hujan dibuat atap dari seng atau kaleng bekas untuk pelindung lentera. Akan lebih baik lagi bila digunakan lentera yang tahan angin dan hujan seperti lentera untuk nelayan.
  • Perangkap diletakkan disawah atau ladang pada malam hari minimum satu lentera untuk luas lahan 100 m2 . namun, jika jumlah serangga yang terlihat semakin banyak maka agar lebih efektif jumlah perangkap yang dipasang juga semakin banyak.
  • Sebaiknya perangkap dipasang pada saat belum berkembangnya hama. Berikut ini jadwal yang dapat dipakai untuk pemasangan perangkap.
1.   Setelah dilakukan pencangkulan untuk penangkapan serangga pertama dan sebelum terjadinya ledakan/perkembangbiakan serangga tersebut.
2.   Untuk tanaman kacang-kacangan, perlakuan kedua dilakukan pada saat benih mulai muncul tunasnya.
3.   Perlakuan berikutnya dilakukan pada saat tanaman akan berbunga atau berbuah.
  • Lama pemsangan perangkap dapat satu malam atau lebih. Bila pada malam pertama serangga yang terperangkap hanya sedikit maka dapat dicoba pemasangan perangkap pada malam kedua. Bila serangga yang terperangkap masih sedikit maka pemasangan perangkap dapat dihentikan.


2.   Perangkap warna
Bila terdapat serangga yang aktif pada siang hari dapat dibuat perangkap dengan menggunakan papan warna kuning. Warna kuning tersebut menarik untuk dihinggapi serangga hingga serangga akan terperangkap dan mati. Kelebihan perangkap ini bersifat praktis, efisien dan murah. Namun, perangkap ini hanya dapat menjerat serangga yang aktif pada siang hari.
3.   Perangkap umpan
Umpan yang diberikan dapat berupa makanan yang disenangi serangga misalnya lalat buah maka umpannya adalah buah atau buah-buahan tiruan yang dilaburi lem dan aroma atau esens buah-buahan yang banyak dijual ditoko kimia.
Perangkap umpan ini dapat digunakan untuk menjerat serangga yang aktif pada siang hari maupun pada malam hari. Kelemahan penggunaan alat ini adalah kesulitan untuk mengidentifikasi umpan yang sesuai dengan serangga tertentu.
4.   Perangkap bau dan aroma
Umumnya serangga tertarik dengan aroma tertentu, misalnya bau tape, bau busuk atau bau harum. Sifat ini dimanfaatkan untuk menarik serangga agar berkerumun. Setelah itu serangga dijerat dengan perekat.
Penggunaan perangkap dengan menggunakan bau dapat dilakukan dengan media ketam sawah (yuyu) dapat diterapkan untuk menjerat walang sangit. Secara tradisional, cara ini banyak diterapkan oleh petani didaerah Jawa Barat. Caranya dengan menggantungkan bangak ketam dipinggir sawah. Ternyata dari hasil pengamatan, perangkap ini memang dapat menjerat puluhan, bahkan ratusan walang sangit dan kepik hijau. Perangkap ini akan lebih efektif jika dipadukan dengan perangkap perekat.



Pemberantasan Hama Secara Kimiawi
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti penggunan pestisida nabati atau biopestisida.
Selain dengan pestisida nabati ada salah satu cara pengendalian hama tanaman secara ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dan serangga (hama). Serangga menggunakan senyawa kimia untuk berkomunikasi dengan serangga lain, demikian juga dengan tumbuhan memiliki senyawa kimia yang dikeluarkan untuk menarik serangga penyerbuk (attractant), ataupun untuk mempertahankan diri (protectant). Dengan memanipulasi senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh serangga ataupun tanaman diharapkan akan dapat menurunkan populasi hama dengan cara menghambat kehadiran hama tersebut dalam suatu areal pertanaman budidaya.
Sebelum dijelaskan tentang cara memanipulasi senyawa kimia yang disekresikan oleh serangga dan tumbuhan untuk pengendalian hama, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai jenis-jenis senyawa kimia tersebut. Senyawa-senyawa kimia yang digunakan oleh serangga untuk berkomunikasi dengan serangga lain ataupun dengan tumbuhan diantaranya adalah:
1. Feromon, merupakan bahan yang disekresikan oleh organisme, dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesamanya dalam spesies yang sama. Berdasarkan fungsinya ada dua kelompok feromon yaitu:
a. Feromon “releaser”, yang memberikan pengaruh langsung terhadap sistem syaraf pusat individu penerima untuk menghasilkan respon tingkah laku dengan segera. Feromon ini terdiri atas tiga jenis, yaitu feromon seks, feromon jejak, dan feromon alarm.
b. Feromon primer, yang berpengaruh terhadap system syaraf endokrin dan reproduksi individu penerima sehingga menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis.
2.  Allomon, adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan respon pada individu spesies lain. Organisme pelepas memperoleh keuntungan, sedang penerimanya dirugikan. Bagi tumbuhan, allomon ini dapat dipakai sebagai sifat pertahanan dari serangan serangga herbivora. Allomon dapat juga dilepaskan oleh serangga untuk menolak predator.
3.  Kairomon, adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan respon fisiologis dan perilaku pada individu spesies lain. Senyawa kimia tersebut menimbulkan keuntungan adaptif bagi serangga, individu penerima. Sebagai contoh adalah kairomon yang dihasilkan tanaman jagung, yaitu tricosan, yang dapat menarik Trichogramma evanescens agar dapat menemukan inangnya, yaitu telur Helicoverpa zea.
4.  Apneumon, adalah senyawa kimia yang menjadi penghubung antara serangga dengan benda mati. Serangga tersebut terus berkembang biak dengan suburnya dan menjadi makanan beberapa spesies predator.
5. Sinomon, adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme yang dapat menimbulkan respon fisiologis atau perilaku yang memberikan keuntungan adaptif pada kedua belah pihak.
Pestisida terdiri atas insektisida, larvasida, fungisida, dan algasida.
a. Insektisida digunakan untuk memberantas serangga (insekta).
b. Larvasida digunakan untuk memberantas larva (ulat).
c. Fungisida digunakan untuk memberantas jamur (fungi).
d. Algasida digunakan untuk memberantas ganggang (algae).
Penggunaan pestisida harus dilakukan secara cermat dan hati-hati mengikuti aturan pakai. Hal ini karena pestisida terbuat dari zat kimia yang berbahaya. Dampak penggunaan pestisida antara lain sebagai berikut.
a. Dapat membunuh hewan lain yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia.
b. Apabila masuk ke dalam bahan makanan dapat bersifat racun sehingga membahayakan kesehatan manusia.
c. Dapat merusak keseimbangan ekosistem.
Ada juga pengendalian hama secara kimiawi dengan menggunakan sistem fumigasi. Fumigasi adalah cara pengendalian hama dengan menggunakan gas beracun Methyl Bromide (CH3Br). Dengan dosis yang sesuai, fumigasi dapat membunuh rayap, tikus, kumbang, ngengat, dan lainlain. Fumigasi memiliki tingkat penetrasi yang tinggi dan dapat membunuh semua tingkat perkembangan hama tanpa mengotori bahan atau tanaman yang difumigasi. Namun, karena bahan yang digunakan adalah senyawa beracun maka penggunaan lebih lanjut masih dipelajari lebih lanjut supaya tidak terjadi dampak yang merugikan.